Splinting Gigi: Solusi Gigi Longgar atau Cedera

Breadcrumb

Kamu yang memiliki gigi longgar atau mengalami cedera, yuk cari tahu lebih lanjut mengenai prosedur splinting gigi! Prosedur splinting ini menggunakan material atau perangkat khusus untuk menghubungkan gigi yang longgar dengan gigi sehat di sekitarnya, sehingga memberikan dukungan dan memungkinkan area yang cedera untuk pulih.

Gigi dapat menjadi longgar karena berbagai alasan, mulai dari trauma fisik, penyakit periodontal (penyakit gusi), hingga beban oklusi yang berlebihan. Memahami kapan splinting diperlukan, jenis-jenisnya, serta manfaat dan risikonya, sangat krusial bagi pasien maupun profesional kesehatan.

Apa Itu Splinting Gigi dan Mengapa Dibutuhkan?

Splinting gigi, secara sederhana, adalah tindakan pengikatan atau penyatuan beberapa gigi untuk membentuk satu unit yang lebih kuat dan stabil. Tujuannya adalah untuk mengurangi pergerakan gigi yang goyang atau rusak, sehingga mengurangi nyeri, mencegah kerusakan lebih lanjut, dan memfasilitasi proses penyembuhan jaringan penyangga gigi. Kondisi utama yang memerlukan splinting gigi meliputi:

1. Cedera Traumatis pada Gigi

Gigi bisa menjadi longgar (subluksasi), bergeser dari posisinya (luksasi), atau bahkan terlepas sebagian/seluruhnya (avulsi) akibat benturan, jatuh, atau kecelakaan. Splinting sementara pada kasus ini penting untuk menahan gigi di tempatnya sementara jaringan ikat di sekitarnya beregenerasi.

2. Penyakit Periodontal (Gusi) Lanjut

Penyakit gusi kronis yang tidak diobati dapat merusak tulang dan ligamen periodontal yang menyokong gigi, menyebabkan gigi menjadi goyang. Splinting pada kasus ini dapat membantu mendistribusikan beban gigitan secara merata, mengurangi tekanan pada gigi yang lemah, dan mendukung upaya perawatan periodontal. 

3. Penyusutan Massa Tulang

Penyusutan massa tulang di rahang, misalnya akibat osteoporosis parah atau efek samping obat-obatan tertentu, bisa menyebabkan gigi goyang, sehingga butuh splinting untuk menstabilkannya.

4. Pasca-Perawatan Ortodontik

Setelah kawat gigi dilepas, splinting permanen atau retainer pasca-ortodonti seringkali diterapkan untuk mengunci gigi pada posisi barunya, guna mencegahnya bergeser kembali.

5. Beban Oklusi Berlebihan (Bruxism/Grinding Gigi)

Kebiasaan menggertakkan gigi (bruxism) kronis dapat menyebabkan tekanan berlebihan pada gigi, melonggarkannya seiring waktu. Splinting bisa menjadi bagian dari rencana perawatan untuk menstabilkan gigi dan melindungi dari kerusakan lebih lanjut.

Baca Juga: Gigi Goyang: Penyebab, Cara Mengatasi dan Mencegah Gigi Goyang

Jenis-jenis Splinting Gigi

Ada dua kategori utama splinting gigi, masing-masing dengan tujuan dan durasi penggunaan yang berbeda:

1. Splinting Sementara

Splinting sementara digunakan untuk periode waktu yang singkat (beberapa minggu hingga beberapa bulan) untuk memungkinkan penyembuhan setelah cedera atau perawatan.

  • Fleksibel/Non-rigid Splint: Terbuat dari kawat tipis yang direkatkan ke permukaan gigi dengan bahan komposit resin.
  • Rigid Splint: Lebih kaku dan memberikan imobilisasi total. Jenis ini jarang digunakan untuk trauma, karena imobilisasi total dapat menghambat penyembuhan ligamen periodontal. 
  • Splint Eksternal (Orthodontic Wires): Cenderung digunakan untuk menyatukan gigi dalam jangka waktu sementara.

2. Splinting Permanen 

Splinting permanen dirancang untuk digunakan dalam jangka waktu yang sangat lama, bahkan seumur hidup, untuk menstabilkan gigi yang goyang akibat penyakit periodontal kronis atau sebagai bagian dari restorasi gigi yang lebih besar.

  • Splint Kawat dan Komposit: Mirip dengan splint sementara, tetapi dirancang untuk daya tahan yang lebih lama. Biasanya ditempel di bagian belakang gigi.
  • Splint yang Diikat ke Restorasi: Gigi yang goyang bisa disatukan dengan gigi yang lebih stabil menggunakan prosedur crown gigi ataupun jembatan gigi.
  • Splint Lingual Bonded: Kawat tipis atau anyaman serat direkatkan ke permukaan lingual (sisi dalam) gigi, membuatnya tidak terlihat. Umum digunakan sebagai retainer pasca-ortodonti atau untuk stabilisasi jangka panjang gigi yang goyang minimal.
  • Splint Serat Optik/Fiber-Reinforced Composites: Material serat yang kuat direkatkan ke gigi dengan komposit, memberikan kekuatan dan estetika yang baik. 

Baca Juga: 6 Cara Mengatasi Gigi Renggang dan Penyebabnya

Manfaat dan Risiko Splinting Gigi

Seperti prosedur medis lainnya, splinting gigi memiliki manfaat dan potensi risiko:

1. Manfaat Splinting Gigi

  • Stabilisasi Gigi: Mengurangi mobilitas gigi, mencegah pergeseran lebih lanjut.
  • Mengurangi Nyeri: Meminimalkan rasa sakit yang disebabkan oleh gigi goyang saat mengunyah atau menyikat gigi.
  • Memungkinkan Penyembuhan: Memberikan kondisi yang optimal bagi jaringan penyangga gigi untuk beregenerasi setelah cedera.
  • Meningkatkan Fungsi Pengunyahan: Pasien dapat makan dengan lebih nyaman.
  • Mencegah Kehilangan Gigi: Dalam beberapa kasus, splinting dapat menjadi intervensi krusial yang menyelamatkan gigi dari pencabutan.

2 Risiko dan Kekurangan Splinting Gigi

  • Kesulitan Kebersihan Mulut: Splint, terutama yang permanen atau kompleks, dapat membuat menyikat gigi dan menggunakan benang gigi menjadi lebih sulit, meningkatkan risiko penumpukan plak dan karies.
  • Iritasi Jaringan Lunak: Bahan splint atau kawat yang menonjol dapat mengiritasi gusi atau lidah.
  • Perubahan Oklusi: Splint yang tidak dipasang dengan benar dapat memengaruhi gigitan pasien.
  • Kegagalan Splint: Splint bisa lepas, patah, atau rusak, memerlukan perbaikan atau penggantian.
  • Potensi Kerusakan Enamel: Perekatan untuk splinting berisiko meninggalkan sisa atau menyebabkan kerusakan pada enamel saat splint diangkat.

Baca Juga: Apakah Gigi Goyang Bisa Kembali Normal? Ini Solusinya

Perawatan Pasca-Splinting dan Pencegahan

Setelah splinting, penting untuk menjaga kebersihan mulut yang sangat baik. Dokter gigi akan memberikan instruksi khusus tentang cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi di sekitar splint. Berikut beberapa tips perawatannya:

  • Gunakan Pelindung Mulut: Saat berolahraga atau berpartisipasi dalam aktivitas berisiko tinggi.
  • Tangani Penyakit Gusi Dini: Segera cari perawatan jika ada tanda-tanda penyakit gusi.
  • Kelola Bruxism: Jika kamu punya kebiasaan menggertakkan gigi, diskusikan dengan dokter gigi tentang pelindung malam (night guard) atau terapi lainnya.

Splinting gigi adalah prosedur yang efektif untuk menstabilkan gigi yang longgar atau cedera, namun keberhasilan jangka panjangnya sangat bergantung pada diagnosis yang tepat, teknik pemasangan yang benar, dan perawatan pasca-prosedur yang baik. Jika kamu merasa gigimu goyang atau baru saja mengalami cedera gigi, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter gigi di Klinik Gigi PUTIH Dental

Mereka akan menentukan apakah splinting gigi adalah perawatan yang tepat dan, jika ya, tentu dilakukan dengan rasa sakit minim (painless) dan biaya terjangkau. Klinik Gigi PUTIH Dental dapat kamu temukan di Pantai Indah Kapuk (Jakarta Utara), Puri Kembangan (Jakarta Barat), dan Cikajang (Jakarta Selatan).