Gigi Anak Tampak Belang atau Kasar? Waspadai Hipoplasia Enamel!

Breadcrumb

Pernahkah kamu memperhatikan gigi anak yang memiliki bercak putih, kuning, atau cokelat, atau permukaannya terasa kasar dan tidak rata? Kondisi ini mungkin bukan sekadar noda biasa, melainkan tanda dari hipoplasia enamel. 

Hipoplasia enamel adalah cacat perkembangan pada lapisan terluar gigi, yaitu enamel atau email, yang membuatnya tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, gigi menjadi lebih rentan terhadap karies (gigi berlubang), sensitivitas, dan masalah estetika. Mengenali kondisi ini sejak dini penting agar penanganan dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menjaga kesehatan gigi si kecil.

Apa Itu Hipoplasia Enamel pada Anak?

Kondisi yang disebut hipoplasia enamel ini terjadi ketika lapisan pelindung gigi, yaitu email, memiliki kuantitas atau kualitas yang kurang memadai. Enamel adalah lapisan terkeras pada tubuh manusia yang berfungsi melindungi gigi dari kerusakan, sensitivitas, dan serangan asam bakteri. Ketika enamel mengalami hipoplasia, permukaannya bisa terlihat berbeda, seperti:

  • Bercak atau garis: Munculnya bercak putih kusam, kuning, atau cokelat pada permukaan gigi.
  • Permukaan kasar: Gigi tidak rata dan permukannya terasa kasar.
  • Perubahan bentuk: Pada kasus yang sudah parah, gigi bisa tampak aneh atau ukurannya mengecil.
  • Transparansi: Gigi bisa terlihat lebih transparan atau buram di beberapa area.

Kondisi ini bisa berdampak pada satu gigi, beberapa, atau seluruh gigi, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Gigi yang paling sering terkena adalah gigi seri dan geraham. 

Lapisan email yang tidak sempurna membuat gigi yang terkena hipoplasia lebih ringkih, mudah terkikis, sensitif terhadap suhu panas atau dingin, serta jauh lebih mudah berlubang karena perlindungan dari asam dan bakteri sangat berkurang. 

Baca Juga: Pentingnya Merawat Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini

Penyebab Hipoplasia Enamel pada Anak

Hipoplasia enamel tidak terjadi begitu saja. Kondisi ini merupakan hasil dari gangguan pada proses pembentukan enamel (amelogenesis) yang terjadi selama perkembangan gigi. Gangguan ini bisa terjadi pada masa kehamilan atau selama masa bayi dan balita. Beberapa penyebab umum meliputi:

1. Faktor Genetik atau Bawaan Sejak Lahir

Faktor genetik yang diwariskan dari orang tua bisa menjadi penyebab hipoplasia enamel pada beberapa kasus. Sindrom genetik tertentu atau kelainan bawaan juga dapat memengaruhi perkembangan enamel gigi, membuatnya tidak terbentuk dengan sempurna sejak lahir.

2. Kekurangan Nutrisi

Nutrisi yang cukup sangat penting untuk perkembangan gigi yang sehat. Kekurangan vitamin A, C, dan D, serta mineral seperti kalsium dan fosfor pada ibu hamil, bayi, atau anak-anak bisa mengganggu pembentukan email gigi. Misalnya, kekurangan vitamin D bisa menghambat penyerapan kalsium dan fosfor yang berfungsi penting untuk menguatkan email. 

3. Infeksi Saat Anak Masih Bayi

Beberapa jenis infeksi serius yang dialami bayi atau anak kecil dapat berdampak pada sel-sel pembentuk enamel. Contohnya meliputi campak, cacar air, atau infeksi saluran pernapasan atas yang disertai demam tinggi. Penyakit yang disertai demam tinggi atau kondisi medis kronis selama periode pembentukan gigi dapat mengganggu sel-sel ameloblas yang bertanggung jawab memproduksi enamel.

4. Trauma pada Gigi Susu

Cedera atau trauma fisik pada gigi susu (gigi sulung), terutama jika terjadi pada usia sangat muda, dapat memengaruhi gigi permanen yang sedang berkembang di bawahnya. Misalnya, jatuh atau benturan yang mengenai gigi depan dapat merusak folikel gigi permanen yang belum erupsi, menyebabkan hipoplasia pada gigi permanen tersebut.

5. Paparan Fluoride Berlebihan

Meskipun fluoride penting untuk memperkuat email gigi dan mencegah karies, paparan fluoride yang terlalu banyak (fluorosis) selama periode pembentukan gigi dapat menyebabkan hipoplasia. Kondisi ini biasanya terlihat sebagai bercak putih kusam atau noda coklat pada permukaan gigi. Fluorosis sering terjadi akibat menelan pasta gigi berfluoride dalam jumlah besar secara tidak sengaja pada anak-anak.

6. Kondisi Medis Lainnya

Beberapa kondisi medis kronis pada anak, seperti penyakit celiac, penyakit ginjal kronis, atau asma yang diobati dengan inhaler tertentu, juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hipoplasia enamel. Persalinan prematur atau berat lahir rendah juga bisa menjadi faktor risiko.

Baca Juga: 6 Ciri-ciri Anak Tumbuh Gigi dan Tahapan Pertumbuhan Gigi Anak

Cara Mengatasi dan Mencegah Hipoplasia Enamel

Penanganan hipoplasia enamel bertujuan untuk melindungi gigi dari kerusakan lebih lanjut, mengurangi sensitivitas, dan meningkatkan estetika. 

  • Aplikasi Fluoride Topikal: Untuk kasus ringan, aplikasi fluoride topikal oleh dokter gigi bisa menguatkan email yang ada dan mengurangi sensitivitas gigi.
  • Fissure Sealant: Pada gigi geraham dengan pit dan fissure yang dalam akibat hipoplasia, sealant dapat diaplikasikan untuk melindungi dari penumpukan bakteri dan karies.
  • Tambal Gigi: Jika sudah terbentuk lubang atau kerusakan, penambalan dengan bahan komposit atau resin diperlukan untuk mengembalikan bentuk dan fungsi gigi.
  • Mahkota Gigi (Crown): Untuk kasus yang parah, di mana struktur gigi sangat terpengaruh, mahkota gigi mungkin diperlukan untuk melindungi gigi secara menyeluruh dan mengembalikan estetikanya.
  • Veneer: Pada gigi depan yang mengalami perubahan estetika signifikan, veneer gigi dapat menjadi pilihan untuk menutupi permukaan gigi yang tidak sempurna.
  • Perawatan Sensitivitas: Pasta gigi khusus untuk gigi sensitif biasanya direkomendasikan sebagai penanganan sensitivitas.

Pencegahan hipoplasia enamel dimulai sejak masa kehamilan dan terus berlanjut hingga masa kanak-kanak.

  • Nutrisi Adekuat: Pastikan ibu hamil dan anak mendapatkan nutrisi yang cukup, terutama vitamin A, C, D, kalsium, dan fosfor.
  • Perawatan Kesehatan Ibu Hamil: Hindari infeksi dan komplikasi selama kehamilan.
  • Manajemen Kesehatan Anak: Segera obati infeksi atau penyakit serius pada anak untuk meminimalkan dampak pada perkembangan gigi.
  • Penggunaan Fluoride yang Tepat: Ajarkan anak untuk tidak menelan pasta gigi berfluoride dan gunakan pasta gigi dengan jumlah fluoride yang sesuai usia.
  • Hindari Trauma Gigi: Lindungi gigi anak dari benturan atau cedera.

Deteksi awal dan perawatan yang akurat terhadap hipoplasia enamel dapat mengurangi dampak negatifnya secara signifikan. Oleh karena itu, kunjungan berkala ke dokter gigi anak sangat dibutuhkan supaya pertumbuhan gigi dapat terus dipantau dan penanganan yang sesuai bisa diberikan.

Klinik Gigi PUTIH Dental menghadirkan layanan konsultasi dan prosedur perawatan gigi yang ditangani langsung oleh dokter gigi berpengalaman. Dokter akan memeriksa kondisi gigi dan mulutmu, serta merekomendasikan tindakan apa yang terbaik dan tepat. Spesial untukmu, dapatkan promo menarik yang bisa kamu pelajari di sini.